MENYINGKAP RAHASIA ISRA’ MI’RAJ RASULULLAH SAW

Brand :
Rp 52.000,00

“Mahasuci (Allah), yang telah menmperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat (QS. Al-Isra’ (17):1)

Peristiwa Isra dan Mi’raj Rasulullah Saw. sepenuhnya bersifat gaib, mukjizat dan di luar jangkauan akal manusia, serta telah menekankan gambaran Rasulullah sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah “Azza wa Jalla, yang kehidupannya penuh dengan berbagai unsur gaib dan mukjizat. PEristiwa ini bukan hanya masalah gaib atau dongeng belaka, karena wahyu dan kenabian Rasulullah Saw, juga merupakan masalah gaib yang tidak tunduk terhadap ukuran pancaindera dan keterbatasan akal pikiran. Dengan demikian, mengingkari mukjizat kenabian sama artinya dengan mengingkari kebenaran wahyu dan kenabian, yang juga berarti mengingkari agama yang diwahyukan Allah Swt. kepadanabi dan Rasul-Nya. Bagaimana mungkin orang yang mengingkari mukjizat kenabian dapat meyakini kebenaran adanya wahyu dan kebenaran? Mereka berpikir bahwa mukjizat adalah sesuatu yang tidak rasional dan masuk akal, tetapi mengapa mereka tidak mengatakan wahyu dan kenabian pun tidak rasional dan tidak masuk akal?

Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau banyak riwayat yang memberitakan terjadinya kemurtadan di kalangan sebagian muslimin ketika mereka diberi tahu Rasulullah Saw, mengenai peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Hal ini karena pemikiran yang materialistis tidak mungkin dapat mempercayai terjadinya Isra’ dan Mi’raj yang pada gilirannya tidak mungkin pula dapat mempercayai kebenaran adanya wahyu dan kenabian. Tidak demikian halnya bagi orang yang benar-benar beriman akan kebenaran Allah dan Rasul-Nya. MEreka tidak akan mempermasalahkan peristiwa ini karena yakin sepenuhnya bahwa Allah Swt. Mahakuasa dapat berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Tidak ada sesuatu yang mustahil bagi-Nya, dan meyakini sepenuhnya firman Allah yang dituturkan kepada Rasul-Nya, Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw.