Si Bahlul di zamannya dicap sebagai orang yang bodoh karena memiliki tingkah yang aneh dan cara pandang yang berbeda dari kebanyakan orang. Ia dihina, dipukul, dilempar, dan sebagainya. Namun, Bahlul selalu tersenyum dan berdoa menghadapinya. Ia bergumam, “Bagaimana mungkin orang yang dipenuhi Tuhan akan mengeluhkan sesuatu?”. Bahkan ketika ia hendak dihukum karena dituduh membunuh, ia tetap ikhlas. Menjelang eksekusi hukuman mati, ia mengatakan, “Saya tidak berdoa menurut pengertian Tuan, karena orang yang yakin terhadap Tuhannya tahu berlaku kalau Dia tahu lebih banyak tentang apa yang Dia perbuat. Kita tak berhak memintanya untuk mengubah skenario-Nya…”
Tanpa kita sadari, ada banyak hal yang terjadi dalam hidup kita yang sesungguhnya merupakan bagian dari skenario Tuhan. Kita bisa belajar dari kisah Si Bahlul, bahwa cintanya pada Tuhan membuat racun yang pahit akan terasa manis.
Buku ini memuat kisah-kisah sufi yang mencerahkan. Beberapa kisahnya disusun berdasarkan pengalaman penulis di Negeri Napoleon, Prancis. Setelah membacanya, semoga kita bisa lebih mengenal Tuhan dan juga diri sendiri, di mana keduanya sering kita tinggalkan dengan lebih mementingkan untuk mengenal orang lain. Aamiin.