Ehm….. Kali ini Kiai Adung akan lebih sering berjibaku dengan “masalah” perempuan. Mengapa? Karena persoalan perempuan adalah persoalan hidup. Tak ada hidup jika tidak ada perempuan. Swit swiw! Telebih, persoalan perempuan hampir menyentuh semua aspek kehidupan. Mulai dari urusan “mempercantik diri” sampai urusan epoleksosbud dan agama pun juga melibatkan perempuan. Hanya saja sekali lagi, perempuan-perempuan yang dihadapi Kiai Adung kali ini adalah perempuan “Liberaliyah”.
Dibantu Nyai dan Syifa, istri dan anaknya, Kiai Adung menjadi Trio Kocak yang lihai membuat gerombolan Liberal mati kutu. Selamat menikmati!
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
“Buku ini bisa menjadi nutrisi segar bagi pikiran tanpa kita harus mengernyitkan dahi. Inilah yang membuat santri saya selalu menunggu ronde-ronde baru Kiyai Kocak.” (Samson Rahman, Penerjemah, Pimpinan Al-Qudwah ?Boarding School, Rangkasbitung Banten)
“Serial Kiai Kocak, dengan tokoh utamanya Kiai Adung, menelanjangi pemikiran mereka dengan enteng, mudah dipahami.” (Prof. Dr. Muhammad Ikhwan Djambak, M.Eng, Associate Professor, School of Computing, Universiti Utara Malaysia 201-2016, Pembaca setia buku Kiai Kocak Ronde 1, 2, 3)
“Yang pasti buku ini luar biasa kocak, mujarab. Dengan baca buku ini saya sadar bahwa enggak semua orang bisa dihadapin dengan serius biar bisa bener. Mereka harus dijaili dengan cara seperti yang dilakukan Kiai Adung, Nyai Adung, dan anak mereka, Syifa. Must read.” (Fathan Naufal Setiawan, Siswa Sekolah Penerbangan Mazzei Flying Service, Fresno, California, Mantan Siswa PEnulis MTs. Pembangunan)
“Kreatif! Kriteria komedi yang asyik adalah ketika penulisnya ikut terbahak ketika sedang menulis bukunya. Membaca buku ini, selain terkekeh, pembaca juga merasakan persepsi unik karena ide segar, karakter, dan adegannya benar-benar nyata kocaknya. Swear, nyesel kalau kebanyakan mikir untuk beli buku ini. (Riama Al-Jundi, novelis)
“Saya ngikutin kisah Kyai Adung dari ronde pertama. Ibarat kelapa yang makin tua makin bersantan, makin ke sini–maksudnya makin tua hihi– kelakuan Sang Kyai makin ngeselin. Swer, bikin pegel ati! (Irvan Aqila, PEnulis Novel Komedi Remaja)
“Menohok dan mementahkan argumen lawan sambil bentak-bentak dan gebrak meja sih udah biasa. Kiai Adung beda; santai, bernas, dan kayak ada manis-manisnya gitu.” (Dani Ardiansyah, Founder Indie-Publishing.com)