“Jauh sebelum lahirnya NKRI, Islam telah masuk Indonesia sejak abad ke-1 Hijriyah. Lalu berdirilah kerajaan-kerajaan Islam yang salah satunya adalah kerajaan Islam Demak. Sejarah ini merupakan landasan Historis untuk mengembalikan Islam sebagai ruh dan sistem di Indonesia setelah penjajah Eropa kalah. Dari buku Trilogi Revolusi Islam di Tanah Jawa dalam 3 seri yang ditulis Al-Akh Rachmad Abdullah ini, saya mendapatinya sebagai rujukan Historis sebagai bekal yang bermanfaat di masa depan. Terlebih lagi, masih jarang buku yang mengungkapkan sejarah Islam yang berkaitan dengan Bangsa Indonesia ini.” – Dr. Mu’inullah Bashri, M.A., Ketua Dean Syari’ah Kota Surakarta
“Alasan utama penolakan kerajaan-kerajaan Islam Nusantara terhadap kehadiran para penjajah Eropa adalah karena para penjajah Eropa ingin memurtadkan umat Islam dengan menyebarkan Kristen. Oleh karenanya, para Sultan yang didukung Ulama dan umat Islam dari berbagai bangsa (termasuk muallaf coje geinal asal Portugis), bersatu melawan mereka dengan niat jihad fie sabilillah. Bukan karena demi membela tanah air, tumpah darah dan bangsa (Nasionalisme). Dan buku Trilogi Revolusi Islam di Tanah JAwa seri ke-3 ini, membuktikan hal itu.” -Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.S., Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta
“Banyak orang menulis History (Kajian Sejarah) yang akhirnya terjebak pada Story (cerita) atau katanya atau qola wa qila. Sehingga kurang dapat dipertanggungkawabkan validitas dan keabsahannya. Rujukan buku yang sangat memadai ini membuat History yang menjadi Story semakin menipis, kalau tidak boleh dikatakan menghilang,. Saya mengapresiasi terbitnya buku ini sebagai khazanah atau kekayaan kepustakaan Islam. Buku ini penting sekali sebab Kerajaan Islam Demak : Api Revolusi Islam di Tanah JAwa bukan milik orang Demak saja. Akan tetapi aset bangsa Indonesia bahkan aset dunia. OKI dan ORganisasi Islam di Luar Negeri, Amerika, Belanda dan Negara-Negara lain termasuk Timur Tengah jauh-jauh datang ke Demak hanya ingin tahu dengan melakukan riset.” – Drs. H. Muhammad Asyiq, Ketua Umum Takmir Masjid Agung Demak