Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah?” tanya Mu’adz r.a. kepada Nabi. Beliau menjawab, “Kamu selalu membasahi lisanmu dengan zikir (doa) kepada Allah sampai mati.” (HR. Ibnu Hibban) .
Zaman boleh berubah dengan segala kecanggihan dan kompleksitasnya, tapi kita tetap membutuhkan doa. Sampai kapan pun. Doa adalah senjata orang beriman. Doa adalah pengubah takdir. Lebih dari segalanya, doa adalah inti ibadah. Karena itu, yang terpenting dari doa bukan urusan terkabul tidaknya doa kita. Yang terpenting dari doa adalah berubah tidaknya diri kita karena doa. Kumpulan doa ini sudah dihafal sejak taman kanak-kanak, dan menjadi bacaan harian bagi setiap muslim. Tapi buku ini menyelamatkan kita dari berdoa hanya rutinitas tanpa bekas. Mengapa kita perlu membacanya berulang-ulang? Bagaimana doa bisa mengubah keadaan diri dan mengangkat derajat kita? Syaratnya, tutur buku ini, kita harus mengulang-ulang doa itu, menghayati maknanya, dan berusaha menjalankan pesannya. Ada ikatan yang terjalin antara untaian doa-doa Nabi dan kesesuaiannya dengan kondisi hati bersih yang seharusnya dimiliki setiap muslim dalam situasi apa pun. Seolah-olah Rasulullah hendak menggenggam tangan kita di berbagai situasi kehidupan, lalu menuntun kita pada suatu keadaan yang harus dilalui dengan hati supaya kita nanti termasuk golongan “orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”, dan supaya kita terlindung dan aman dari gangguan setan dan hawa nafsu yang menjauhkan kita dari tujuan hidup yang sebenarnya. .